Rabu, 29 Juli 2009

Jangan Anaktirikan PAUD

Dimuat SUARA MERDEKA, 22 Juni 2009
Rubrik: Suara Guru
 

DIREKTUR Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Departemen Pendidikan Nasional (PNFI Depdiknas) Hamid Muhammad menyatakan angka partisipasi kasar masyarakat Indonesia terhadap pendidikan anak usia dini (PAUD) tergolong masih rendah. Akhir tahun 2008, angka partisipasi kasar PAUD 50,03%.

Karena itulah dia menargetkan akhir tahun 2009 angka itu menjadi 53,9% untuk PAUD formal. Adapun target untuk PAUD informal tahun 2015 adalah 75%.

Boleh-boleh saja pemerintah berambisi mencapai target itu. Apalagi berkait dengan millenium development goalís (MSGís) dan pendidikan untuk semua yang selalu menjadi jargon. Namun jargon dan ambisi saja tak cukup. Butuh respek tinggi dari pemerintah untuk mengelola PAUD secara serius. Misalnya, dengan memberikan alokasi dana yang memadai agar PAUD bisa berjalan dengan sehat.

PAUD merupakan basis pengembangan dan pemberdayaan seluruh aspek kehidupan anak-anak, mulai dari ranah intelektual, kepribadian, sampai emosional.

Karena itu, PAUD sangat penting untuk membangun kecerdasan anak-anak bangsa.
Sesuai dengan Pasal 28 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PAUD diselenggarakan melalui tiga jalur. Itulah jalur formal, nonformal, dan informal.

PAUD jalur formal diselenggarakan dalam bentuk taman kanak-kanak (TK). Adapun jalur nonformal khusus menangani anak-anak usia antara dua dan empat tahun yang diserap kelompok bermain dan tempat penitipan anak. Jalur informal adalah pendidikan dalam keluarga.

Namun penanganan program PAUD di Indonesia selama ini berkesan masih setengah-setengah. Bahkan berkesan PAUD masih dianaktirikan.

Itu dapat dilihat dalam penentuan alokasi dana yang minim dan pelaksanaan program yang bersifat coba-coba. Tahun 2008, misalnya, sebagaimana dikutip www.indonesia.com, pemerintah mengeluarkan kebijakan pelayanan PAUD di pedesaan dengan total anggaran Rp 400 miliar. Adapun alokasi anggaran PAUD tahun 2009 dari APBN Rp 254 miliar dan dari pinjaman luar negeri Rp 263 miliar.

Angka tersebut jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan alokasi dana untuk pendidikan dasar dan menengah yang dikenal dengan sebutan bantuan opersional sekolah (BOS). Dana itu lebih kecil lagi jika anggaran PAUD dibandingkan dengan dana bantuan langsung tunai bagi warga miskin yang mencapai angka triliunan. (53)

–– Nur Khasanah, pengasuh Play Group Pelita Ananda, Sodong, Wonotunggal, Batang

Tidak ada komentar: