Selasa, 05 Juni 2012

Menggambar Masa Depan Anak

PELAJARAN menggambar menjadi menu wajib bagi murid TK. Tujuannya untuk mengasah pikiran dan imajinasi anak. Secara psikologis, menggambar dapat membuat anak lebih peka pada lingkungannya sehingga sensitivitas emosinya terasah. Pemahaman tersebut sangat penting bagi para guru, khususnya di lingkup pendidikan anak usia dini (PAUD) untuk meningkatkan  mutu kegiatan belajar mengajar. Memang tidak semua guru TK menguasai tehnik menggambar, tetapi paling tidak guru perlu memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar menggambar serta memahami fungsi pelajaran menggambar sehingga bisa mengarahkan anak didiknya serta mengenali potensi artistiknya.

    Tetapi para guru TK umumnya hanya terpaku pada modul pembelajaran yang ada dalam buku atau majalah yang dibeli tiap bulan. Anak-anak dipaksa mengikuti plot yang sudah ada, misalnya disuruh menjiplak atau mewarnai gambar-gambar yang sudah ada dalam buku. Anak-anak kurang diberi ruang untuk mengekspresikan perasaan dan imajinasinya secara bebas. Murid cenderung diberi pemahaman yang seragam, harus menggambar begini-begitu, meniru ini dan itu dan tidak diberikan kebebasan mengekspresikan naluri astistiknya.
    Padahal tujuan pembelajaran menggambar, bukan sekadar membangun pengetahuan agar anak memahami dan meniru sesuatu sesuatu, tetapi juga berfungsi sebagai media pembelajaran, pencarian identitas dan bakat. Dari cara anak menggambar bisa diketahui kemampuan dan kepribadian anak. Mungkin tidak berlebihan jika muncul penilaian, bahwa coretan-coretan murni yang dibuat  anak sedikit banyak menggambarkan masa depannya.
    Jika demikian, guru TK sesungguhnya bukan seorang pendikte, tetapi seorang pengarah, pengasuh, pembangkit potensi dan jiwa anak didik yang selalu setia memberikan stimulus pada anak didiknya untuk menemukan bakat dan identitasnya.  Pelajaran menggambar bukan sekadar memenuhi tuntutan kurikulum, tetapi bisa dijadikan media menggali dan memupuk kreativitas anak.
    Menurut Wedha Abdul Rasyid, ilustrator profesional, untuk dapat menggambar dengan baik, diperlukan keselarasan antara apa yang dipikiran dengan kemampuan motorik, termasuk koordinasi tangan dan mata. Anak perlu diberi kesempatan mengeksplor lingkungannya sehingga referensinya menjadi kaya. Bahkan menurutnya,  pada dasarnya kegiatan menggambar tidak bisa diajarkan. Cara mengajari menggambar yang paling baik adalah dengan tidak mengajarinya, tetapi membimbing anak agar berlatih terus-menerus sampai anak mahir memvisualkan bentuk-bentuk dalam coretan. Hanya dengan melihat sebuah benda, kalau anak memang berbakat ia akan bisa meresapi dan membuatnya menjadi gambar. (kompas.com, 22/03/2012).
Guru sebagai “orang tua kedua”  dituntut menjadi pendamping yang bijak ketika menyampaikan materi menggambar. Biarkan anak menggambar sesuka hatinya, sesuai objek yang pernah dilihatnya. Pelajaran menggambar berkaitan erat dengan pengenalan lingkungan sekitar. Bisa saja anak-anak disuruh menggambar benda-benda atau binatang kesayangannya.  Hasil karya anak kemudian diapresiasi dengan komentar positif dan pujian sehingga anak merasa nyaman dan gembira. 
Dengan demikian fungsi pendidikan anak usia dini menjadi lebih hidup. Keriangan dan keceriaan anak-anak bisa terpelihara dengan baik. Anak-anak menjadi betah berada di sekolah karena menemukan lingkungan bermain dan belajar yang kondusif.  Dan yang tidak kalah penting, lewat pelajaran menggambar anak-anak bisa menemukan kebahagiaan karena memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan kemampuannya secara memadai.

Nur Khasanah, guru TK ABA Sodong, Wonotunggal Batang.